AIDA-SARI
this site the web


Friday, November 23, 2007
Pangan Lokal, Keanekaragaman Budaya Kuliner Kita yang Semakin Terpinggirkan

Oleh : Oktani Fungsiana

Bagi kita, nama-nama umbi seperti gembili, uwi, suweg, gadung, bentoel dan lain-lain terdengar asing ditelinga. Jajanan pasar seperti gatot, cenil, klepon, gronthol pun semakin lama semakin tenggelam dengan banyaknya makanan kemasan di warung-warung sekitar. Anak-anak masih lebih mengenal Cheetos, Beng-Beng, Tanggo, dan Walls dibandingkan jajanan pasar tadi. Dalam penuturannya, mba Narsih, ibu beranak satu dengan usia anak 3 tahun, mengatakan bahwa setiap hari ia harus mengalokasikan minimal 5000 rupiah untuk jajan anaknya. Penjual es krim itu kalau tidak datang ya anaknya pergi ke warung, beli disana. Padahal harganya minimal 1500 rupiah, seringnya anak minta yang harganya 2000. itu baru untuk es krim, belum untuk jajan lainnya.

Kondisi ini berlangsung semenjak televisi masuk pedesaan. Media visual yang menarik ini kini hampir dimiliki oleh rumah tangga-rumah tangga di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Derasnya iklan tentang makanan dalam kemasan di media massa (televisi, radio, majalah) telah membuat ibu-ibu pusing dan kebingungan. Dari total pengeluaran harian, lebih dari 25 % dibelanjakan untuk jajan anak, untuk membeli panganan kemasan tersebut.

Sebenarnya, dalam budaya masyarakat Banyumas, dikenal berbagai jajanan pasar yang lezat rasanya. Makanan seperti cenil, gronthol, klepon, lupis, gatot, dll merupakan sedikit dari jenis-jenis makanan tersebut. Ada juga kudapan keluarga yang sering dijumpai dari olahan bahan-bahan umbi-umbian. Talas, singkong, dan suweg adalah beberapa bahan baku kudapan yang mudah diperoleh.

Tanaman-tanaman tersebut masih banyak dijumpai karena memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tinggi. Berbagai jenis umbi-umbian tersebut telah lama tumbuh dan berkembang di lingkungan Banyumas, sehingga dapat berkembangbiak dengan baik. Ketika musim kemarau datang, umbi-umbian tersebut menjadi dorman dan masih dapat bertahan selama musim kering itu untuk kemudian tumbuh ketika musim penghujan datang, demikian kata Pak Narsudi, petani dari dusun Depok, Kelurahan Teluk. Dengan usianya yang hampir 70 tahun, beliau mengatakan bahwa sudah dari dulu tanaman-tanaman tersebut ada dan dikenal masyarakat di desanya. Bahkan jauh sebelum beliau lahir, hingga ke nenek buyutnya.

Berdasarkan penelitian, umbi-umbian tersebut memiliki kandungan gizi yang tinggi. Suweg memiliki kandungan kalsium yang baik bagi pertumbuhan anak, dapat menguatkan tulang dan gigi baik bagi anak maupun orang dewasa. Begitu juga dengan kimpul, selain mengandung kalsium, juga mengandung kalori yang digunakan oleh tubuh untuk beraktifitas. Sedangkan uwi memiliki fosfor dengan kandungan tinggi yang digunakan oleh tubuh untuk proses metabolisme. Tidak ketinggalan dengan gadung, umbi ini ternyata mengandung vitamin C cukup tinggi, bagus untuk meningkatkan kekebalan tubuh serta menghindari serangan flu di musim yang mudah berubah seperti sekarang.

Berikut adalah jenis umbian-umbian yang masih dijumpai di desa-desa di Kabupaten Banyumas

Nama umbi-umbian


Varietas

Singkong


Mentega

Ubi jalar


India, Pangkur, Palembang

Talas


Pari, Bogor, Jahe

Suweg


-

Gembili


-

Uwi


-

Kimpul


-


Selain umbi-umbian, ada juga jagung yang dapat diolah menjadi berbagai panganan yang menyehatkan. Gronthol dan marning adalah beberapa bentuk olahan jagung. Di beberapa tempat didataran tinggi, daerah pegunungan, jagung ini menjadi makanan pokok. Jagung yang telah kering ditumbuk kemudian ditanak menjadi nasi jagung yang I lezat apabila dikonsumsi dalam keadaan masih hangat.

Masyarakat di banyumas, mengolah umbi-umbian dengan berbagai cara, misalnya dengan merebusnya, menggoreng, mengukus, membakarnya, serta menggilingnya. Singkong misalnya, mulai dari digoreng, dibakar, di kukus, dikukus kemudian dicampur dengan gula (dibuat gethuk), digiling dibuat klanthing dan diiris-iris tipis menjadi sriping semuanya dapat dilakukan dengan citarasa yang berbeda-beda namun tetap enak.

Kemana Pangan Lokal Kita?

Pak Narsudi bertutur bahwa dulu ketika jaman jepang, masyarakat di daerah teluk mengkonsumsi nasi jagung sebagai manakan pokok. Kemudian ketika jaman tahun 1965 mereka susah mendapatkan jagung untuk dimakan, sehingga oyek pun menggantikannya. Singkong yang pada saat itu mudah diperoleh, di olah dengan dikeringkan untuk kemudian direbus. Setelah orde baru mencanangkan gerakan revolusi hijau, maka jagung pun diganti dengan beras. Keberhasilan produktivitas lahan basah, membuat beras mudah diperoleh dengan harga murah. Beras inilah yang disebut sebagai simbol kemakmuran masyarakat, sehingga mengkonsumsi beras sama dengan menunjukkan tingkat kemakmuran.

Jenis dan variasi pangan lokal yang ada semakin lama semakin menurun popularitasnya. Di Dusun Angkruk, Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, anak-anak begitu menggemari es krim sehingga mereka akan dengan sukacita menyambut kedatangan penjual es krim sembari berlari-larian dibandingkan dengan kedatangan balok singkong buatan ibu. Publikasi yang intensif di media massa baik televisi, radio, majalah, serta mudahnya makanan pabrikan dijumpai, semakin meminggirkan makanan lokal. Anak-anak akan dengan mudah menyebutkan jenis makanan kemasan pabrik bila dibandingkan dengan jajanan pasar seperti gronthol, cenil, klepon, gatot, dan tiwul. Pencitraan makanan kemasan yang demikian di media massa membuat anak-anak kemudian memiliki perspektif bahwa makanan lokal itu kuno sedangkan makanan kemasan itu modern. Oleh karenanya anak-anak pun berpikir, ketinggalan jaman apabila mengkonsumsi makanan lokal.

Di Pasar Kober, pedagang penjual makanan lokal adalah mbah-mbah yang usianya sudah tua, beliau menjual lupis dan bunthil. Di dusun Depok, yang pandai membuat kerupuk gadung diantaranya adalah Bu Marto dan Bu Muraji. Beliau menjelaskan bahwa untuk dapat menghasilkan kerupuk gadung yang enak dan bebas racun memerlukan tahapan yang panjang, mulai dari perendaman selama 2 hari 2 malam dan penjemuran selama 3 kali di bawah sinar matahari. Oleh karenanya tidak banyak ibu muda yang telaten untuk membuatnya. Mereka merasa lebih senang membeli makanan jadi ataupun makanan instan yang cara memasaknya mudah serta cepat.

Tingginya tuntutan ekonomi keluarga sekarang ini membuat pasangan suami dan istri harus bekerja memenuhi kebutuhan keluarga. Kondisi tersebut mengurangi waktu yang tersedia bagi orang tua untuk menyediakan jajanan yang di olah sendiri dari bahan-bahan lokal. Kebutuhan anak akan makanan pun di penuhi dari warung yang ada dengan makanan pabrikan sebagai menu utama. Pengawasan orang tua terhadap makanan-makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak pun semakin berkurang. p>

Makanan Lokal Bagi Kita

Makanan lokal sesungguhnya merupakan bentuk kekayaan budaya kuliner kita. Keanekaragamannya yang terbentuk atas dasar ketersediaan bahan baku dan kebutuhan lokal, menjadikannya memiliki tingkat kesesuaian yang tinggi dengan kebutuhan masyarakat akan energi bagi tubuhnya. Nasi jagung yang menjadi makanan pokok daerah pegunungan memiliki kandungan kalori 129 kal, 108 mg fossor, dan 117 SI vitamin A. menurut Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan, kandungan gizi jagung adalah dua kali kandungan gizi beras, sehingga tidak heran apabila masyarakat yang mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok memiliki daya tahan tubuh yang lebih tinggi daripada masyarakat konsumen beras.


Konsumsi makanan yang bervariasi baik bagi kesehatan. Dengan asupan makanan yang beragam, maka kebutuhan tubuh akan mineral dan vitamin pun dapat terpenuhi dari makanan yang berbeda-beda. Pepatah cina tentang kesehatan mengatakan, bahwa salah satu sumber penyakit adalah makanan, namun makanan juga dapat menjadi sumber obat. Sehingga bagaimana memilih makanan yang baik bagi kesehatan akan sangat membantu menjaga kesehatan kita.

Makanan kemasan yang mengandung pengawet, pemanis buatan, penyedap dan pewarna buatan dapat mengganggu kesehatan. Berbagai penyakit seperti kanker, autisme, flek paru-paru, batuk, dan gigi berlubang merupakan sedikit dari akibat konsumsi makanan kemasan. Oleh karenanya biasanya penyakit-penyakit degeneratif tersebut banyak di derita oleh orang-orang yang tinggal di perkotaan.

Dampak yang paling besar dengan peminggiran makanan lokal adalah semakin tingginya ketergantungan masyarakat akan terigu dan beras. Tingginya harga beras saat ini salah satunya adalah karena rendahnya ketersediaan beras akibat kemunduran musim tanam dan bencana alam, sementara kebutuhan masyarakat akan beras semakin tinggi karena meningkatnya jumlah penduduk. Kondisi tersebut menimbulkan ketidakseimbangan persediaan dengan permintaan sehingga menaikkan harga beras. Dengan demikian, biaya pengeluaran konsumsi untuk keluarga pun menjadi tinggi.

Selain baik bagi kesehatan, keanekaragaman konsumsi pangan dengan memanfaatkan berbagai pangan lokal, juga baik bagi stabilitas pangan suatu daerah. Jenisnya yang banyak memungkinkan masyarakat untuk memiliki alternatif pangan lain selain beras, akibatnya adanya kenaikan harga beras tidak akan terasa begitu memberatkan masyarakat. Masih ada jagung dan singkong serta umbi-umbian lain yang juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan kalori. Hal ini tentu bagus bagi kondisi keuangan negara. Impor beras pun menjadi tidak begitu penting dilakukan sehingga devisa negara dapat lebih dihemat.

Cara yang dapat dilakukan untuk membangkitkan kembali eksistensi pangan lokal kita adalah dengan : 1) meneruskan pemahaman mengenai gizi kepada masyarakat, bahwa makan tidak hanya yang penting kenyang dan harus beras, tapi juga perlu variasi dengan aneka jenis makanan lainnya. Mengkonsumsi singkong ataupun jagung untuk selingan juga dapat dijadikan sebagai selingan menu keluarga sehingga kemampuan untuk menikmati berbagai jenis makanan yang berbeda menjadi tinggi. 2) meningkatkan citra makanan tersebut dengan meningkatkan variasi pengolahan seperti yang dilakukan oleh pengusaha gethuk goreng yang membuat Sokaraja terkenal serta Bu Tuti yang mempopulerkan ikan lembutan Sungai Serayu sehingga banyak diburu oleh orang-orang perantauan 3) perlunya dukungan dari pemerintah agar simbol-simbol kemakmuran tidak hanya ada pada beras, namun juga pada jenis-jenis makanan lokal lainnya, dan tentu saja 4) perlu dukungan dari kita semua untuk tetap melestarikan kebudayaan kuliner kita yang selain baik bagi kesehatan juga dapat menghemat pengeluaran rumah tangga. Jadi pilih murah dan sehat atau mahal dan mengundang penyakit?
READ MORE -

genoise cake

Génoise cake
From Wikipedia, the free encyclopedia
Jump to: navigation, search
Génoise sheet and rounds
Ladyfingers

A génoise cake (Genoese cake or Genovese cake) is an Italian sponge cake named after the city of Genoa and closely associated with Italian and French cuisine that does not use any chemical leavening, instead using air suspended in the batter during mixing to give volume to the cake. Génoise is not the same thing as pain de Gênes, which is an almond cake; however, Génoise is very close in composition and basic use to pan di Spagna ("Spanish bread"), an Italian sponge cake.

It is a whole-egg cake, unlike some other sponge cakes that beat their yolks and whites of the eggs separately; the eggs, and sometimes extra yolks, are beaten with sugar and heated at the same time using bain-marie or flame, to a stage known to patissiers as "ribbon stage". Génoise is generally a fairly lean cake, getting most of its fat from egg yolks, but some recipes also add in melted butter before baking.

Génoise is a basic building block of much French pâtisserie and is used for making several different types of cake. The batter usually is baked to form a thin sheet. A 1884 cookbook gives a simple recipe for a génoise: [1] Work together briskly in a basin half a pound of flour, half a pound of sugar, and four eggs: after five minutes' good stirring, add a quarter of a pound of melted butter. Butter a square baking sheet, spread the paste upon it, and bake it in a moderate oven until it turns a golden yellow. When finished baking the sheet is rolled while still warm (to make jelly rolls or Bûches de Noël), or cut and stacked into multiple layers or line a mold to be filled with a frozen dessert. A variety of fillings are used, such as jelly, chocolate, fruit, pastry cream, and whipped cream. The génoise can be piped in strips to make ladyfingers or into molds to make madeleines.
Génoise cake with buttercream frosting

The cake is notable for its elastic and somewhat dry texture, noticeably different from most cakes made in the Anglophone world; as a result, it is very commonly soaked with flavored syrups or liqueurs and often served with a buttercream frosting. The popular tiramisu cake may be made with ladyfingers or a génoise sheet.

A chocolate génoise can be made by substituting cocoa powder for some of the flour, and is sometimes used as a substitute for the richer cake used in the standard Sacher torte recipe.
READ MORE - genoise cake

roti manis melon

View Full Version : Cemilan khas Dari jepang.... Dijamin Mantap

Hktoyshop
10-12-2009, 12:25 PM
nih bro n sis, mau share sedikit camilan2 khas negeri sakura :

TAKOYAKI :
Takoyaki adalah makanan cemilan jepang yang biasa dibuat secara tradisional oleh keluarga-keluarga jepang secara rumahan. Pertama kali dibuat oleh Endo Tomekichi di tokonya yang bernama Aizu di Osaka.

Bentuknya bulat seperti baso, karena itu disebut juga baso panggang jepang (tako=octopus ; yaki=panggang) karena cara pembuatannya tidak digoreng dalam minyak yang banyak, tetapi dipanggang dalam suatu cetakan setengah bulatan kemudian dibalik-balik sehingga berbentuk bulatan penuh.
Takoyaki ini enak disantap panas-panas secara langsung atau sebagai lauk dengan nasi. Bila dalam keadaan dingin, takoyaki akan lebih padat dan kenyal seperti baso.

http://i193.photobucket.com/albums/z268/black829/537takoyaki.jpg

OKONOMIYAKI :
Okonomiyaki adalah makanan Jepang dengan bahan tepung terigu yang diencerkan dengan air atau dashi, ditambah kol, telur ayam, makanan laut atau daging babi dan digoreng di atas penggorengan datar yang disebut teppan.

Dalam bahasa Jepang, okonomi berarti "suka-suka" (yang disuka, yang diinginkan) dan yaki berarti "panggang" (istilah "goreng" hanya digunakan di Jepang bila makanan digoreng dengan minyak yang sangat banyak). Sesuai dengan namanya, lapisan atas (topping) okonomiyaki bisa disesuaikan dengan selera orang yang mau memakan.

http://i193.photobucket.com/albums/z268/black829/okonomiyaki.jpg

DORAYAKI :
Dorayaki adalah kue yang berasal dari Jepang. Dorayaki termasuk ke dalam golongan kue tradisional Jepang (wagashi) yang bentuknya bundar sedikit tembam, terdiri dari dua lembar kue yang direkatkan dengan selai kacang merah. Dorayaki memiliki tekstur yang lembut dan mirip dengan kue Jepang yang disebut Kastela karena adonan yang mengandung madu.

http://i193.photobucket.com/albums/z268/black829/kasi_dorayaki_off.jpg


TAIYAKI :
Taiyaki merupakan kue Jepang yang berbentuk seperti ikan, dan terbuat dari adonan tepung terigu yang dipanggang, kemudian diisi selai kacang merah.
Taiyaki pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1909, saat salah satu toko di kota Minato, Tokyo, mulai menjualnya, yaitu toko Naniwaya Souhonten.

http://i193.photobucket.com/albums/z268/black829/topimg.jpg

DANGO :
Dango adalah kue Jepang berbentuk bulat seperti bola kecil, dan dimatangkan dengan cara dikukus atau direbus di dalam air. Adonan dango dibuat dari tepung beras yang diulen dengan air atau air panas. Kushidango adalah sebutan untuk sejumlah 3, 4, atau 5 butir dango yang ditusuk menjadi satu dengan tusukan (kushi) dari bambu. Jumlah butiran dango dalam satu tusuk bergantung pada daerahnya di Jepang.

Dango yang rasanya manis dibuat dengan menambahkan gula ke dalam adonan, sedangkan dango yang tidak manis dicelupkan ke dalam saus. Dango juga bisa dimakan dengan taburan bubuk kacang kedelai (kinako), dimasukkan ke dalam mitsumame (agar-agar yang dimakan bersama aneka buah kaleng) atau selai kacang merah yang diencerkan dengan air. Selain dari tepung beras, dango juga bisa dibuat dari tepung terigu atau tepung millet.

http://i193.photobucket.com/albums/z268/black829/dango.jpg

MANJU :
Manju Adalah tradisional Jepang yang populer . Ada banyak jenis Manju, tetapi kebanyakan memiliki luar dibuat dari tepung terigu, tepung beras dan gandum dan pengisian an (pasta kacang merah), terbuat dari kacang Azuki rebus dan gula. Mereka direbus bersama-sama lagi dan diremas. Ada beberapa jenis pasta kacang yang digunakan termasuk koshian, tsubuan, dan tsubushian.

http://i193.photobucket.com/albums/z268/black829/Manju1b.jpg

YAKISOBA PAN :

yakisoba pan: roti hotdog isi yakisoba (semacam mie goreng), yakisoba rasanya kuat jadi bisa ngalahin rasa rotinya
http://i193.photobucket.com/albums/z268/black829/c0134373_8245217.jpg

MELON PAN :
Melonpan (メロン パン meronpan?), Juga dikenal sebagai panci Melon, Melon Melon roti atau roti, roti manis produk dari Jepang, tetapi juga populer di Taiwan dan Cina. Mereka dibuat dari adonan yang kaya tercakup dalam lapisan tipis adonan kue renyah. Penampilan mereka menyerupai melon, seperti rock melon (semangka). Mereka tidak tradisional rasa melon. [1] tetapi di masa sekarang ini telah menjadi populer untuk produsen untuk menambah melon melon ke roti. Variasi ada, termasuk beberapa dengan beberapa chocolate chips antara lapisan kue dan diperkaya adonan lapisan, dan non-melon dibumbui dengan versi karamel, maple sirup, cokelat, atau rasa lain, kadang-kadang dengan sirup, kocok atau krim rasa, atau puding sebagai pompa. Dalam kasus variasi tersebut, nama dapat membuang kata "semangka" ( "mapel panci") atau mungkin tetap sekalipun tidak ada rasa melon ( "cokelat melon pan").

http://i193.photobucket.com/albums/z268/black829/melonpan7.jpg

MOCHI :
Mochi (Jepang: 饼) adalah kue beras Jepang yang terbuat dari beras ketan ditumbuk menjadi pasta dan dibentuk menjadi bentuk. Di Jepang itu secara tradisional dibuat dalam suatu upacara yang disebut mochitsuki. Sementara juga dimakan sepanjang tahun, Mochi adalah makanan tradisional untuk Jepang Tahun Baru dan biasanya dijual dan dimakan selama waktu itu. Mochi juga merupakan camilan terkemuka di Hawaii dan Taiwan.

http://i193.photobucket.com/albums/z268/black829/mochi.jpg

KAKIGORI :

Kakigōri (かき氷?) Adalah makanan pencuci mulut Jepang yang terbuat dari rasa es serut dengan sirup.
stroberi, ceri, lemon, teh hijau, anggur, melon, "biru-Hawaii" plum manis, dan berwarna sirup. Beberapa toko menyediakan varietas yang berwarna-warni dengan menggunakan dua atau lebih yang berbeda sirup. Untuk mempermanis Kakigōri, susu kental sering dituangkan di atasnya.
http://i193.photobucket.com/albums/z268/black829/kakigori.jpg

OCHA ICE CREAM :
ice cram dengan rasa teh hijau
http://i193.photobucket.com/albums/z268/black829/Ochaicecreamwithredbeanpaste011.jpg

Hiyayakko :
Hiyayakko (dingin 冷 奴 tahu?) Adalah hidangan Jepang yang populer dibuat dengan tahu dingin dan topping. Hal ini biasanya disajikan pada musim panas. Ada dua jenis tahu yang digunakan dalam hiyayakko: kinugoshi (sutera), yang lebih sering digunakan, dan momen yang kurang umum (kapas).
http://i193.photobucket.com/albums/z268/black829/typical_hsd_hiyayakko.jpg

Chawanmushi :
Chawanmushi (茶碗蒸し, Chawanmushi, secara harfiah "uap cangkir teh" atau "dikukus dalam mangkuk teh") adalah hidangan custard telur yang ditemukan di Jepang yang menggunakan benih ginkgo. Tidak seperti banyak custard lain, biasanya dimakan sebagai hidangan pembuka. The custard terdiri dari campuran telur dibumbui dengan kecap, dashi, dan mirin, dengan berbagai bahan seperti jamur shiitake, Kamaboko, dan udang direbus ditempatkan dalam cangkir teh seperti wadah. Resep untuk hidangan yang mirip dengan telur dikukus Cina, tapi mungkin sering berbeda topping.
http://i193.photobucket.com/albums/z268/black829/genimage.jpg
READ MORE - roti manis melon


READ MORE -

Sejarah Singkat Industri Roti




Sejarah Singkat Industri Roti

Pada tahun 1960 – an ada 2 orang penduduk desa Bugo yang bernama bapak Sunar dan bapak Kaswi yang bekerja pada perusahaan roti milik orang Cina di Kudus. Setelah beberapa tahun bekerja di perusahaan roti tersebut mereka akhirnya mengusai cara dan teknik pembuatan roti. Kemudian pada tahun 1970 an setelah merasa mampu dan menguasai cara pembuatan roti, mereka memutuskan untuk usaha mandiri dalam bidang pengolahan kue dan di desa Bugo.
Pada awalnya mereka membuat kue dan roti bolang baling,roti moho, roti manis dan untir untir. Namun saat itu usaha pengolahan kue kue dan roti belum bisa berkembang , karena masyaraka masih asing dengan produk produk tersebut. Bahkan poduk produk tersebut masih di anggap makanan mewah yang hanya dapat dibeli oleh kalangan menengah ke atas. Namun dengan kesabaran, ketekunan dan keuletannya lambat laun produk produk ini mulai di kenal dan diminati masyarakat.
Pada saat itu beberapa orang penduduk desa Bugo bekerja sebagai tenaga kerja di perusahaan kue dan roti milik Bapak Kaswi dan Bapak Sunar . Akhirnya semakin banyaklah orang desa Bugo yang menguasai cara pengolahan roti dan kue kue tersebut, dan mulai semakin bertambah banyak pula masyarakat desa Bugo yang mendirikan usaha pengolahan kue dan roti dalam skala industri rumah tangga ( home industri ).
Selain Bapak Kaswi dan Bapak Sunar, akhirnya muncullah nama nama yang lain seperti Bapak Kliwon, Bapak Sukamat, Bapak Kuat, Bapak Rahmat, dan Bapak Sugono yang mendirikan usaha pengolahan roti dan kue – kue dalam skala home industri di desa Bugo Welahan Jepara ini.
Pada sekitar era 80- an Bapak Kuat dan Bapak Sukamat berusaha mengmbangkan usaha pengolahan aneka kue dan roti ini di Jakarta. Ternyata usaha mereka di Jakarta maju dengan pesat. Kondisi ini membuat warga Bugo yang lain tertarik mengikuti mereka untuk merantau dan berusaha di Jakarta. Pada saat itu bahkan usaha pengolahan aneka roti dan kue dari pengusaha desa Bugo ini berkembang di kota kota Jawa Barat seperti Banten, Cikampek, Bogor, Krawang dan sebagainya.
Namun pada tahun 1987 banyak dari warga Bugo ini yang akhirnya kembali ke kampung halamannya untuk mengembangkan usahanya di daerah sendiri. Usaha pengolahan aneka kue dan roti di desa Bugo ini akhirnya dari tahun ke tahun tambah pesat. Kondisi ini membuat inisiatif warga desa Bugo untuk mendirikan koperasi yang berbadan hukum dengan nama ” KOPINKRA KARYA BOGA ” ( Koperasi Industri Dan Kerajinan Karya Boga ) yang anggotanya adalah para pengrajin kue dan roti dari desa Bugo. Kemudian koperasi ini juga telah menjalin kerja sama dengan perusahaan produk tepung terigu yaitu ” Sri Boga Ratu Raya ” dari Semarang.
Desa Bugo saat ini benar benar telah menjadi sentra industri kue dan roti yang di buktikan dengan di resmikannya desa Bugo sebagai pusat dan pasar perdagangan aneka kue dan roti oleh Bapak Bupati Jepara . Dengan demikian dalam memasarkan produknya masyarakat produsen kue dan roti tidak perlu memasarkan sendiri ke konsumen, melainkan ada para pedagang yang mengambil langsung ke pusat produk di desa Bugo ini untuk di pasarkan ke kota Jepara, Kudus, Rembang, Pati, Semarang, Demak dan kota kota lainnya.
READ MORE - Sejarah Singkat Industri Roti
 

W3C Validations

Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Morbi dapibus dolor sit amet metus suscipit iaculis. Quisque at nulla eu elit adipiscing tempor.

Usage Policies