AIDA-SARI
this site the web

RPP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )


 

Nama Sekolah        : SMP NEGERI 1 GALANG

Mata Pelajaran    : MULOK ( TATA BOGA )

Kelas / semester    : VIII / GANJIL

Alokasi waktu        : 4 x 40 MENIT


 

A. Standar Kompetensi

Memahami dasar-dasar pengetahuan yang menunjang dalam mempelajari tata boga.


 

B. Kompetensi Dasar

Memiliki pengetahuan alat-alat dapur.


 

C. Tujuan Pembelajaran

  1. Siswa diharapkan dapat mengetahui dan membedakan alat-alat memasak, yang terdiri dari alat pemanas, alat memasak diatas alat pemanas dan alat memasak didalam oven.
  2. Siswa diharapkan dapat mengetahui dan membedakan alat pembentuk, yang terdiri dari alat pencetak, alat pengupas, pemotong, pengiris, serta alat pengalus, pemarut dan penapis.
  3. Siswa diharapkan dapat mengetahui dan membedakan alat kecil pengolahan makanan yang terdiri dari alat penyendok, alat pengukur, dan alat bantu pengolahan makanan.
  4. Siswa diharapkan dapat mengetahui dan membedakan alat-alat listrik yang terdiri dari alat pemanas listrik, alat penghancur, dan alat pendingin.
  5. Siswa diharapkan dapat mengetahui dan membedakan alat makanan dan minuman.
  6. Siswa diharapkan dapat mengetahui dan membedakan alat penyajian makanan, yang terdiri dari alat penghidang dan alat listrik untuk penyajian makanan.
  7. Siswa diharapkan dapat mengetahui dan menjelaskan cara penggunaan dan pemeliharaaan alat dengan baik.


 


 


 


 


 

D. Indikator.

  1. Mampu mendeskripsikan macam- macam alat memasak.
  2. Mampu mendeskripsikan macam- macam alat pembentuk.
  3. Mampu mendeskripsikan macam- macam alat kecil pengolahan makanan.
  4. Mampu mendeskripsikan macam- macam alat- alat listrik.
  5. Mampu mendeskripsikan macam- macamalat makanan dan minuman.
  6. Mampu mendeskripsikan macam- macam alat penyajian makanan.
  7. Mampu mendeskripsikan cara penggunaan dan pemeliharaaan alat.


 

E. Materi pokok.


 

ALAT – ALAT DAPUR


 

Alat pemanas terdiri dari :

a. Tungku            : Dapur ladang, tungku batu bata, tungku batang

pohon pisang, tanah liat, dan tungku dari semen.

b. Anglo            : anglo tanah liat, pelat besi, besi Luang dan semen.

c. Pan bakar

d. Kompor minyak tanah    : kompor sumbu asbes, sumbu lawe, primus, dan

spritus.

e. Gas alam    : kompor gas, pornes minyak tanah, pornes gas

"range ".


 

Alat memasak diatas alat pemanas, terdiri dari :

a. Alat pengukus     : Dandang dan kukusan, soblugan atau langseng, risopan,

klakat ( kukusan bakpau )

b. Panci     : Kastrol, panci bertangkai, panci dadar, panci tim, panci

susu, panci kaldu, panci penggoreng yang dilengkapi dengan saringan " titreuse ", panci ajaib.

c. Cerek

d. Wajan.

E. Oven.


 


 

Alat memasak didalam oven, terdiri dari :

  1. Cetakan bolu/ tar
  2. Cetakan cake, tulban, cetakan kue sus, kue siput dan lain- lain.
  3. Loyang, loyanmg kue kering, daging.
  4. Pinggan tahan panas dan lain- lain.

Alat pembentuk, terdiri dari :

A. Alat pencetak                : Cetakan kue kering, bolu kukus, dll.

B. Alat pengupas, pengiris, pemotong        : Peeler, pisau, gerinda, moule.

C. Alat pengalus, pemarut, penapis        : Alat penghancur krntang, parutan

sayuran, kukuran.

Alat penyendok                    : Sendok kayu, centong nasi, irus, dll.

Alat pengukur                    : Memakai sendok makan, cangkir,


Gelas minum,sendok sayur

timbangan, literan dll.

Alat bantu pengolahan makanan        : Kom adonan, mixer,slaber, kuas.

Alat pemanas listrik                : kompor listrik, pornes listrik, oven,

alat pemanggang roti.

Alat penghancur, pengupas, pemotong dan alat alat lainnya.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

F. Pengalaman Belajar

Pertemuan 1

No. 

Kegiatan Pembelajaran 

Waktu 

1. 

Pendahuluan :

  • Guru memberi salam dan menanyakan kehadiran siswa dalam kelas.
  • Guru mempersiapkan diri dan alat pembelajaran.
  • Guru menanyakan kepada siswa tentang pelajaran sebelumnya.
  • Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dijelaskan. 


 


 


 


 

10 menit


 


 

2. 

Inti :

  • Guru menjelaskan macam- macam dari alat memasak.
  • Kemudian membedakan fungsi ataupun bentuk dari setiap alat memasak tersebut.
  • Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang telah dijelaskan.


 


 


 

60 menit

3. 

Penutup :

  • Guru menuntun siswa untuk membuat kesimpulan dari materi pelajaran yang telah diajarkan.
  • Memberikan tugas kepada siswa secara tertulis. 


 

10 menit


 


 


 


 


 


 


 


 

Pertemuan 2

No. 

Kegiatan Pembelajaran 

Waktu 

1. 

Pendahuluan :

  • Guru memberi salam dan menanyakan kehadiran siswa dalam kelas.
  • Guru mempersiapkan diri dan alat pembelajaran.
  • Guru menanyakan kepada siswa tentang pelajaran sebelumnya.
  • Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dijelaskan.


 


 


 


 

10 menit


 


 

2. 

Inti :

  • Guru melanjutkan materi macam- macam dari alat memasak.
  • Kemudian membedakan fungsi ataupun bentuk dari setiap alat memasak tersebut.
  • Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang telah dijelaskan.


 


 


 

60 menit

3. 

Penutup :

  • Guru menuntun siswa untuk membuat kesimpulan dari materi pelajaran yang telah diajarkan.
  • Memberikan tugas kepada siswa secara tertulis. 


 

10 menit


 


 


 

G. Metode Pembelajaran

Metode yang diberikan dalam menjelaskan materi ini adalah metode ceramah, tanya jawab, resitasi ( pemberian tugas ).

H. Media / alat pembelajaran

Media yang digunakan adalah berbagai sumber dari buku nara sumber ataupun calon guru yang mengajar dikelas.

I. Sumber belajar

Buku cara / teknik memasak

J. Penilaian

  1. Prosedur    : Test
  2. Jenis        : Tulisan
  3. Bentuk        : Uraian test
  4. Alat        : Soal- soal
  • Sebutkan jenis-jenis alat memasak.!
  • Sebutkan alat-alat apa yang dipakai untuk membuat kue!


     

  1. Kunci jawaban :
  • Alat pemanas terdiri dari :

a. Tungku            : Dapur ladang, tungku batu bata, tungku batang

pohon pisang, tanah liat, dan tungku dari semen.

b. Anglo            : anglo tanah liat, pelat besi, besi Luang dan semen.

c. Pan bakar

d. Kompor minyak tanah    : kompor sumbu asbes, sumbu lawe, primus, dan

spritus.

e. Gas alam            : kompor gas, pornes minyak tanah, pornes gas "

range"

Alat memasak diatas alat pemanas, terdiri dari :

a. Alat pengukus     : Dandang dan kukusan, soblugan atau langseng, risopan,

klakat ( kukusan bakpau )

b. Panci     : Kastrol, panci bertangkai, panci dadar, panci tim, panci

susu, panci kaldu, panci penggoreng yang dilengkapi dengan saringan " titreuse ", panci ajaib.

c. Cerek

d. Wajan.

e. Oven.

Alat memasak didalam oven, dan membuat kue yaitu :

  1. Cetakan bolu/ tar
  2. Cetakan cake, tulban, cetakan kue sus, kue siput dan lain- lain.
  3. Loyang, loyanmg kue kering, daging.
  4. Pinggan tahan panas dan lain-

Alat pembentuk, terdiri dari :

A. Alat pencetak                : Cetakan kue kering, bolu kukus, dll.

B. Alat pengupas, pengiris, pemotong        : Peeler, pisau, gerinda, moule.

C.Alat pengalus, pemarut, penapis         : Alat penghancur krntang, parutan

sayuran, kukuran.

Alat penyendok                    : Sendok kayu, centong nasi, irus, dll.

Alat pengukur                : Memakai sendok makan, cangkir,


Gelas minum,sendok sayur

timbangan, literan dll.

Alat bantu pengolahan makanan        : Kom adonan, mixer,slaber, kuas.

Alat pemanas listrik                : kompor listrik, pornes listrik, oven,

alat pemanggang roti.

Alat penghancur, pengupas, pemotong dan alat alat lainnya.


 


 


 

  • Alat - alat untuk membuat kue yaitu :
  1. Cetakan bolu/ tar
  2. Cetakan cake, tulban, cetakan kue sus, kue siput dan lain- lain.
  3. Loyang, loyanmg kue kering, daging.
  4. Pinggan tahan panas dan lain- lain.

Dan alat pembentuk, terdiri dari :

Alat pencetak, cetakan kue kering, bolu kukus, dll.

                            


 


 

Galang,    Agustus 2009

Disetujui oleh                        Mahasiswa Calon Guru

Guru Pamong


 


 


 

M. Sianturi                        Maulida Sari

Nip.131 288 498                    Nim. 061255410088

READ MORE - RPP

remaja




Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence).

Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.

Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.

Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001).

Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia dan Olds (2001), yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan kognitif, dan (3) perkembangan kepribadian dan sosial.

Aspek-aspek perkembangan pada masa remaja

Perkembangan fisik

Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).

Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001).

Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.

Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001).

Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme (Piaget dalam Papalia & Olds, 2001). Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah “ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain” (Papalia dan Olds, 2001). Elkind (dalam Beyth-Marom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fabel.

Personal fabel adalah "suatu cerita yang kita katakan pada diri kita sendiri mengenai diri kita sendiri, tetapi [cerita] itu tidaklah benar" . Kata fabel berarti cerita rekaan yang tidak berdasarkan fakta, biasanya dengan tokoh-tokoh hewan. Personal fabel biasanya berisi keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut pandang orang lain dan fakta sebenarnya. Papalia dan Olds (2001) dengan mengutip Elkind menjelaskan “personal fable” sebagai berikut :

“Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam. Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri [self-destructive] oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Misalnya seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil [karena perilaku seksual yang dilakukannya], atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya [saat mengendarai mobil], atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang [drugs] berpikir bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya”.

Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja (Beyth-Marom, dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.

Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka juga mengemukakan adanya derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability. Dengan demikian, kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa adalah sama.

Perkembangan kepribadian dan sosial

Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).

Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.

Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).

Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya (Conger, 1991).

Ciri-ciri Masa Remaja

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.

1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.

Tugas perkembangan remaja

Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa (1991) antara lain :

* memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan
* memperoleh peranan sosial
* menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif
* memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
* mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
* memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
* mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga
* membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup

Erikson (1968, dalam Papalia, Olds & Feldman, 2001) mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds & Feldman, 2001).

Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya.

Beberapa isu perkembangan remaja: seksualitas, harga diri, orientasi masa depan, konsumsi, keluarga


Sumber Pustaka

Aaro, L.E. (1997). Adolescent lifestyle. Dalam A. Baum, S. Newman J. Weinman, R. West and C. McManus (Eds). Cambridge Handbook of Psychology, Health and Medicine (65-67). Cambridge University Press, Cambridge.

Beyth-Marom, R., Austin, L., Fischhoff, B., Palmgren, C., & Jacobs-Quadrel, M. (1993). Perceived consequences of risky behaviors: Adults and adolescents. Journal of Developmental Psychology, 29(3), 549-563

Conger, J.J. (1991). Adolescence and youth (4th ed). New York: Harper Collins

Deaux, K.,F.C,and Wrightman,L.S. (1993). Social psychology in the ‘90s (6th ed.). California : Brooks / Cole Publishing Company.

Gunarsa, S.D. (1988). Psikologi remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Gunarsa, S.D. (1990). Dasar dan teori perkembangan anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hurlock, E. B. (1990). Developmental psychology: a lifespan approach. Boston: McGraw-Hill.

Hurlock, E. B. (1973). Adolescent development. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha.

Monks, F.J., Knoers, A. M. P., Haditono, S. R. (1991) Psikologi perkembangan : Pengantar dalam berbagai bagiannya (cetakan ke-7). Yogya: Gajah Mada University Press.

Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. (2001). Human development (8th ed.). Boston: McGraw-Hill

Rice, F.P. (1990). The adolescent development, relationship & culture (6th ed.). Boston: Ally & Bacon

Santrock, J.W. (2001). Adolescence (8th ed.). North America: McGraw-Hill.


Sumber: http://rumahbelajarpsikologi.com
READ MORE - remaja
 

W3C Validations

Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Morbi dapibus dolor sit amet metus suscipit iaculis. Quisque at nulla eu elit adipiscing tempor.

Usage Policies